NAMA HAJI PADA ETNIK MADURA
Abstract
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kebiasaan etnik Madura untuk mengubah nama mereka sebelum berhaji menjadi nama haji. Hal itu dilakukan dengan tujuan mendapatkan berkah dari perubahan nama tersebut dan kandungan makna dalam nama haji tersebut, misalnya nama sebelum berhaji Mariyati, setelah berhaji berganti nama menjadi Hajah Husnul Khotimah. Dari nama HajahHusnul Kaotimah diharapkan kelak ketika meninggalkan dunia atau mati, orang tersebut dalam keadaan
meninggal yang baik menurut Agama Islam. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan pendekatan kualitatif dengan sumber data 4 buku kenangan KBIH dan informan etnik Madura yang telah berhaji dan mengubah nama sebelum berhaji menjadi nama setelah berhaji. Data penelitian ini berjumlah 110 nama haji. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik sadap dan rekam, catat, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini terdiri atas dua hal. Pertama, nama haji pada etnik Madura dilihat dari segi bentuk diperoleh hasil bentuk peniruan bunyi dan berdasar pada penemu dan pembuat. Dua bentuk nama haji tersebut adalah bentuk nama haji yang paling sering digunakan, yakni 51 nama haji dari 110 nama haji yang mengalami peniruan bunyi dan 48 nama haji yang mengalami bentuk nama berdasar pada penemu dan pembuat. Kedua, nama haji berfungsi untuk: (a) menjalin hubungan, memelihara, memerlihatkan perasaan bersahabat, atau solidaritas antara
pemilik nama haji dan masyarakat; (b) menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaaan; baik yang sebenarnya, maupun yang imajinasi saja; dan (c) sebagai alat untuk mengidentifikasi diri.
meninggal yang baik menurut Agama Islam. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan pendekatan kualitatif dengan sumber data 4 buku kenangan KBIH dan informan etnik Madura yang telah berhaji dan mengubah nama sebelum berhaji menjadi nama setelah berhaji. Data penelitian ini berjumlah 110 nama haji. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik sadap dan rekam, catat, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini terdiri atas dua hal. Pertama, nama haji pada etnik Madura dilihat dari segi bentuk diperoleh hasil bentuk peniruan bunyi dan berdasar pada penemu dan pembuat. Dua bentuk nama haji tersebut adalah bentuk nama haji yang paling sering digunakan, yakni 51 nama haji dari 110 nama haji yang mengalami peniruan bunyi dan 48 nama haji yang mengalami bentuk nama berdasar pada penemu dan pembuat. Kedua, nama haji berfungsi untuk: (a) menjalin hubungan, memelihara, memerlihatkan perasaan bersahabat, atau solidaritas antara
pemilik nama haji dan masyarakat; (b) menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaaan; baik yang sebenarnya, maupun yang imajinasi saja; dan (c) sebagai alat untuk mengidentifikasi diri.
Keywords
nama haji; bentuk; fungsi
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)DOI: https://doi.org/10.26499/salingka.v15i01.254
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2019 SALINGKA
Salingka publish by Balai Bahasa Provinsi Sumatera Barat - Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa bekerja sama dengan Perkumpulan Pengelola Jurnal Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya (PPJB-SIP is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Office: Simpang Alai, Cupak Tangah Pauh Limo, Padang 25162,
Telepon (0751) 776789, Pos-el: bahasastra@gmail.com